Kuliner Lokal Sebagai Kecukupan Gizi Masyarakat yang Mandiri Berbasis Kearifan Lokal

Asupan makanan yang sering kita makan banyak mengandung berbagai khasiat bagi tubuh kita. Namun, kandungan yang di dalamnya jarang sekali kita ketahui sumbernya dari mana saja. Kandungan alami bahkan kimiawi tak jarang kita lahap tanpa melihat batasan bagi tubuh kita. Tubuh setiap orang pun pada dasarnya memiliki imunitas yang berbeda dalam merespon asupan makanan dan minuman yang masuk ke dalam lambung kita. Konsumsi pola makan yang seimbang dapat memengaruhi kesehatan jasmani maupun mental kita. Berbagai macam anjuran oleh para ahli mengenai kesehatan dari asupan makanan dapat kita akses secara mudah melalui media daring. Namun, dengan kemudahan itulah peran kita sebagai insan sosial untuk saling bahu membahu dalam memenuhi kecukupan gizi di setiap daerah patut dipertanyakan.
Penyediaan pangan yang sehat secara merata di setiap regional maupun nasional menjadi dasar kegunaan kecukupan gizi. Angka Kecukupan Gizi (AKG) di Indonesia sendiri, disusun dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) setiap lima tahun sekali sejak tahun 1978. AKG ini mencerminkan asupan rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh populasi, bukan hanya perorangan atau individu saja. Dengan demikian beberapa mahasiswa Universitas Siliwangi melakukan pengabdian masyarakat dalam program KKN selama 40 hari lebih di Dusun Palasari Desa Sukahurip Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Beberapa program salah satunya dengan melakukan pengembangan kuliner lokal. Pengembangan ini kami lakukan dengan menggunakan hampir seluruh bahan baku berasal dari alam dan diolah dengan inovasi yang mampu membuat citra dan daya tarik di area eksitu Suaka Margasatwa Gunung Sawal ini.
Beberapa bahan baku seperti sayuran dari mulai bawang kucai, lalapan, hingga rempah-rempah yang belum diketahui kami teliti dan kembangkan bersama. Beberapa hasil inovasi kami ciptakan seperti pembuatan nasi liwet berwarna biru dan minuman herbal yang berwana pun kami hadirkan terutama untuk keperluan kegiatan atau acara penting masyarakat. Nasi liwet yang bernama Riung Sari ini dibuat dengan rempah- rempah alami dengan tambahan bunga telang sebagai pewarna alami dan sehat. Minuman pun kita beri nama Cibun untuk menambah kelengkapan dalam menikmati makanan
Riung Sari ini. Beberapa tanaman herbal seperti bunga telang, kesumba keling, daun afrika, dan lainnya kami olah dan racik menjadi minuman yang berwarna alami dan sehat.
Beberapa kegiatan atau acara di Dusun ini sudah dimulai secara perlahan dengan menyidangkan kuliner yang kami kembangkan seperti acara ketika kunjungan dari Balai Litbang Teknologi Agroforestry (BPPTA), Univeristas Siliwangi, dan BKSDA tentang kegiatan konsolidasi kerja sama dan edukasi konservasi. Kegiatan pameran UMKM yang diadakan di DEKOPINDA pun kami hadirkan kuliner lokal ini dengan berbasis pada kearifan lokal agar publik mengetahui bahwasannya di Dusun Palasari mempunyai kuliner yang khas. Setelah program KKN ini selesai keberlanjutan dalam menggunakan bahan baku lokal terus dilakukan oleh masyarakat salah satunya ketika ada kegiatan PPM dosen dari Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Siliwangi bulan November 2020 kemarin. Keberlanjutan dalam menggunakan tumbuhan dan rempah-rempah lokal sangat kami harapkan agar masyarakat mampu mandiri secara pangan dan sehat dari aspek kecukupan gizi.
Dokumentasi: