Oleh: Biki Zulfikri Rahmat, S.Sos.I, M.E.Sy.
Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Agama Islam Universitas Siliwangi
“Sekarang, Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Jika ada di antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang yang tidak sabar, dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal [8]: 66).
Di tengah mengganasnya wabah korona (covid-19), kita membutuhkan ketabahan, ketegaran, dan kesabaran dalam menghadapinya. Namun, sangat sedikit orang yang berusaha menghadapinya dengan kesabaran aktif. Seperti kita ketahui, wabah Korona ini semakin ganas persebarannya, dimana per tanggal 25 Maret 2020 telah terjadi 422.000 kasus di 197 Negara. Sementara pada tanggal yang sama, di Indonesia telah terjadi 790 kasus positif Covid-19 dengan 58 meninggal dunia dan 31 yang sembuh.
Ayat di atas mengindikasikan bagaimana memaknai kesabaran sebagai sebuah proses aktif dalam menanggulangi permasalahan (baca: wabah Korona) yang menimpa. Seorang muslim yang taat akan menghadapi musibah dengan kesabaran. Kesabaran tidak berarti pasrah sumerah pada keadaan saja, tetapi lebih dari itu. Kesabaran berarti menghidupkan semangat untuk keluar dari keadaan yang sedang mengimpit.
Akram Ridha, di dalam buku bertajuk Making Choice (Hikmah, 2005), membagi masalah yang dihadapi manusia ke dalam dua kriteria, yakni predictable (dapat diprediksi) dan unpredictable (tidak terprediksi). Dengan demikian, kita membutuhkan ketebalan iman dalam mengarungi kehidupan ini agar dapat menghadapi ketidakpastian dari sebuah musibah. Sikap tergesa-gesa karena tidak sabar menghadapi musibah ialah bagian dari perbuatan setan (minasy-syaithan). Dalam perspektif psikologi, ketergesa-gesaan merupakan indikator kita tidak sehat secara mental dan bentuk dari ketidakdewasaan diri.
Dengan mewabahnya virus Korona tentunya tidak lantas mematikan semangat hidup kita untuk terus berusaha dan waspada. Sebab, Islam tidak pernah menempatkan pesimisme dalam menghadapi musibah. Kekuatan usaha dan waspada merupakan bagian dari pentingnya membangun optimisme di tengah musibah yang menimpa. Usaha dan waspada ialah bagian daripada keyakinan diri untuk keluar dari wabah ialah tonggak penting untuk melahirkan kesabaran aktif. Ia yakin atas pertolongan Allah serta aktif melakukan segala upaya.
Allah Swt., berfirman di dalam Al-Qur’an, “……maka perkokohlah (berteguh hati) dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu memperoleh kemenangan.” (QS. Al-Anfal [8]: 45). Islam, memandang bahwa musibah diinisiasi oleh tiga hal. Pertama, muncul karena kesalahan manusia pada kehidupan dan penciptanya. Kedua, musibah yang hadir karena kesalahan kita dalam memperlakukan alam sekitar. Ketiga, musibah yang lahir karena kita tengah menghadapi ujian untuk menaikkan derajat keimanan.
Di dalam jiwa seorang mukmin, tersimpan optimisme bahwa Allah akan memberi petunjuk baginya untuk keluar dari kemelut hidup, baik itu musibah yang dapat diprediksi maupun musibah yang tidak dapat diprediksi. Di dalam dirinya terpateri kesabaran aktif, yakni penerimaan secara tabah atas apa yang terjadi dengan cara tidak berpangku tangan ketika musibah wabah ini menimpa.
Perasaan takut adalah perasaan manusiawi dan wajar. Apabila rasa takut dikelola secara bijak, positif, dan sistematis, lahirlah kondisi psikologis yang awas dan waspada. Sebaliknya, perasaan takut yang tidak dikelola secara bijak, positif, dan sistematis akan melahirkan keluh kesah, putus asa, dan memicu berdatangannya pesimisme dalam diri. Kekuatan optimisme dalam dirinya telah hilang dan berangsur-angsur membawanya menjadi manusia yang tak peduli dengan realitas.
Jadi, saat wabah Korona menyebar di negara kita, alangkah baiknya bila kita tetap bersabar, tetap awas dan waspada dengan mengisolasi diri atau melakukan social distance dan phisycal distance untuk meredam persebaran wabah sesuai anjuran pemerintah dan ahli kesehatan. Selain itu, jangan lupa untuk selalu memohon perlindungan dan pertolongan dari Allah agar selalu dijauhkan dari penularan virus Korona yang mematikan ini.
Rasulullah Saw., bersabda, “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah subhanahu wa ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan, apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari (keluar) daripadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid). Wallahua’lam bishshawwab.