FISIP Unsil – Bertempat di Gedung Rektorat Lantai 2 Universitas Siliwangi, pada hari Kamis 20 Oktober 2022 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik menggelar Seminar Nasional dan Call Paper dengan mengusung tema Kebangsaan dan Transformasi Sosial Politik di Indonesia.
Pelaksanaan Call Paper membahas delapan sub tema yakni nasionalisme dan identitas digital, demokrasi, HAM, dan kesejahteraan sosial, politik lokal, pembangunan berkelanjutan, pemilihan umum dan partai politik, Islam dan kepesantrenan, reformasi birokrasi dan geopolitik. Seminar Nasional dengan tema Kebangsaan dan Transformasi Sosial Politik di Indonesia menunjukan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, privat dan akademisi dalam upaya meningkatkan semangat kebangsaan dan merespon kondisi sosial politik saat ini.
Acara Seminar Nasional ini menggandeng Pemateri diantaranya Engkus Sutisna, S.T, M.T (Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintah, Hukum dan Politik), Dr. Iiding Rosyidin S.Ag, M.Si (Ketua Asosiasi Program Studi Ilmu Politik Indonesia/APSIPOL), Joash Elisha Stephen Tapiheru S.IP, M.A, Ph.D Dosen Politik dan Pemerintah UGM.
Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintah, Hukum dan Politik, Engkus Sutisna, S.T, M.T menyampaikan Indonesia maju tahun 2045 perlu memenuhi tiga syarat yakni demokrasi damai dan kondusif, ekonomi serta milenial yang kompetitif. Ketiga syarat tersebut wajib dipenuhi bila Indonesia ingin menjadi negara yang maju.
Sementara itu Ketua Asosiasi Program Studi Ilmu Politik Indonesia, Dr. Iding Rosyidin menuturkan Transformasi Sosial Politik memiliki plus minus baik dari segi desain kenegraan, hubungan pusat dan daerah, liberisasi politik serta pelembagaan politik, Solusi yang dapat dijadikan dalam menghadapi permasalahan transformasi sosial-politik, yakni dengan mengembangkan wawasan kebangsaan yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Ajaran Agama, Norma Masyarakat dan Undang-undang ITE.
Dosen Politik dan Pemerintah UGM, Josh Elisha Stephen Tapiheru S.IP, M.A, Ph.D mengatakan pembahasan tentang rasa kebangsaan ini patut kita perhatikan secara lebih cermat dan kritis. Sebagian besar rasa kebangsaan atau membangun dengan hati istilah lain merujuk pada pentingnya kesamaan rasa diantara sekelompok masyarakat dengan beragam karakteristik dan latar belakang dilakukan dalam konteks untuk menandai sesuatu yang dibutuhkan tetapi tidak ada, kurang atau terancam memudar. Selanjutnya dalam konteks yang sama, aspek rasa ini cenderung dipahami sebagai sesuatu yang semata-mata bersifat kognitif, formalistik dan esensialis dan yang terakhir ini membuat artikulasi rasa kebangsaan yang dominan tidak sensitive terhadap aspek efektif yang sebetulnya lebih dominan membentuk Rasa tersebut, pungkasnya.
Dekan FISIP Unsil
Nina Herlina, Dra, M.T mengungkapkan kebangsaan bukan hanya persoalan salah satu program studi atau fakultas di Universitas Siliwangi, akan tetapi menjadi tanggung jawab seluruh kompenen yang ada di Universitas Siliwangi ungkapnya singkat.
Pada kesempatan pembukaan acara, Rektor Universitas Siliwangi, Dr Nundang Busaeri, Ir, M.T mengatakan dalam hal kebangsaan tidak boleh meninggalkan nilai-nilai religiusitas karena merupakan nilai dasar yang sangat penting bagi kemajuan dan eksistensi negara Indonesia ungkapnya.
Peserta yang hadir pada seminar kali ini berasal dari berbagai kelompok di Indonesia seperti mahasiswa, birokrat dan masyarakat umum.
Seminar Nasional ini diakhiri dengan pemberian cenderamata dari Universitas Siliwangi kepada para pemateri dan dilanjutkan dengan foto bersama.
Penulis: Humas UNSIL